Pendidikan
Politik Yang Berkarakter
Saat
sekarang ini pembahasan tentang politik sedang hangat dibicarakan, mulai dari
level masyarakat awam hingga masyarakat modern, dari yang usia sekolah hingga
pelaku politik tersebut. Politik memang sulit dipisahkan dari kehidupan
masyarakat sehari-hari, karena kita hidup ini juga dengan politik. Moment ini
pula saya sebagai penulis menganggap perlu mempublikasikan tulisan ini, karena
keperihatinan saya sebagai warga negara indonesia yang melihat dan mengamati
proses perpolitikan di Negara Indonesia tercinta ini kususnya Nusa Tenggara
Barat.
Para
kontestan partai politik, para calon Legislatif dari DPRD, DPRD PROVINSI hingga
DPR RI sedang berkoar-koar atau lebih halusnya sedang menjaring aspirasi
masyarakat dan bisa juga disebut sedang berkampanye dan turun/terjun langsung
kemasyarakat, kegiatan ini saya amati adalah sebagai bentuk pendidikan politik
kepada masyarakat pemilih, para calon-calon Legislalif lebih sering mengatakan
“kita harus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat” kata-kata ini
tidak selaras dengan perilaku yang mereka lakukan, kebanyakan dari mereka hanya
datang dan mengunjungi masyarakat pada saat mendekati pemilu saja, itu hal yang
lazim terjadi di masyarakat kita. Menurut penulis hal ini salah karena akan
melihirkan pendapat yang tidak baik di masyarakat pemilih, seharusnaya para
calon legislatif memberikan pendidikan politik yang Berkarakter agar masyarakat
betul-betul memahami esensi politik dan masyarakat tidak beranggapan bahwa
politik itu adalah uang, inilah pola pikir yang harus kita rubah di masyarakat
kita agar generasi penerus bangsa ini memiliki karakter dalam berpolitik.
Karakter apa saja yang perlu ada pada generasi penerus bangsa dan khususnya
para calon-calon Legislatif?
Jawaban di atas akan penulis uraikan beserta
pengertian politik, pendidikan, karakter
dan juga pokok-pokok politik lainya.
A. Politik secara etimologis (berasaldari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan
warga negara, dari bahasa Inggris; politic (adj): bijaksana, beradab, berakal, yang dipikirkan ; polite (adj) : sopan, halus, beradab, sopan santun, terpilih, yang halus budi bahasanya ; policy (noun): kebijaksanaan, haluan negara.
Adapun beberapa pengertian politik dari sudut
pandang para ahli:
1.
Aristoteles mengatakan Politik
adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
2.
Hans Kelens mengatakan bahwa politik
mempunyai dua arti, yaitu sebagai berikut:
a. Politik sebagai etik, yakni berkenaan dengan tujuan manusia atau individu
agar tetap hidup secara sempurna.
b. Politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia atau
individu untuk mencapai tujuan.
3.
Ibnu Aqil mengatakan politik adalah
hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh
dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rosulullah S.A.W.
Dari pemaparan dari para ahli di atas dapat kita tarik
kesimpulan bahwa politik adalah suatu seni atau cara yang dilukan oleh
masyarakat untuk mempengaruhi dan memperoleh kekuasaan.
Menarik untuk di amati bahwa tujuan politik itu adalah
sangat mulia dimana kegiatan politik itu adalah lebih kepada pelayanan publik,
akan tetapi politik itu sendiri disalah artikan atau salah penerapanya oleh
oknum-oknum tertentu demi kepentingan individu ataupun kelompok.
Politik saat ini erat kaitanya dengan meperkaya diri dan
kelompok, dan masyarakat pemilihpun sudah mulai mempolitisasi keadaan demi
kepentinagn bersama, misalnya meminta sumbangan dana pembangunan mesjid,
pembangunan panti asuhan, pembuatan baju persatuan sepak bola, bola volly dan
lain sebagainya, kegiatan ini sering di manfaatkan saat moment-moment politik
seperti sekarang ini, karena masyarakat beranggapan suara mereka akan lebih di
dengar saat pemangku politik itu memerlukan dukungan massa. Hal inilah yang
sama-sama harus kita perhatikan sebagai bentuk perubahan perilaku masyarakat
terhadap perilaku para pemangku politik, seharusnya para pemangku politik tidak
hanya terjun ke masyarakat saat mendekati pemilu saja, akan tetapi setiap saat
dan setiap waktu harus turun ke masyarakat agar dapat mendengar langsung
aspirasi-aspirasi masyarakat. Hal ini pula dapat mengakibatkan masyarakat
memilih GOLPUT karena ketidakpuasan dan ketidak percayaannya kepada anggota
legislatif atau pemangku politik, maka langkah yang di ambil oleh pemangku
politik atau calon maupun anggota legislatif adalah memberikan pendidikan
politik yang berkarakter kepada masyarakat melalui sikap, tingkah laku dan
tutur kata yang baik yang bersifat terus menerus.
B. Pendikan secara Etimologis Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata
pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka
kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa
definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
Dari pengertian pendidikan secara
bahasa tersebut maka dapatlah kita memilah dari realitas politik yang ada,
bahwa keberadaan kampanye dan penjaringan aspirasi massa adalah bentuk dari
pendidikan politik, karena menurut hemat penulis, kegiatan kampanye dan
penjaringan aspirasi massa adalah usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran, walaupun pengertian pengajaran tidak penulis spesialisasikan dalam
pandangan khusus, artinya bahwa dengan berkampanye dan menjaring aspirasi massa
itu sudah termasuk pengajaran, karena didalamnya sudah mengandung pesan dan
ajakan yang baik kepada calon pemilih.
C.
Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa
Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave” (Ryan & Bohlin,
1999: 5). Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau
menggoreskan (Echols & Shadily, 1995: 214). karakter identik dengan
kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat
khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir (Doni
Koesoema, 2007: 80).
Secara
terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona yang
mendefinisikan karakter sebagai “A reliable inner disposition to respond to
situations in a morally good way.” Selanjutnya, Lickona menambahkan, “Character
so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and
moral behavior” (Lickona, 1991: 51). Di pihak lain, Frye (2002: 2)
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai, “A national movement creating
schools that foster ethical, responsible, and caring young people by modeling
and teaching good character through an emphasis on universal values that we all
share”. Nilai-nilai utama yang dapat dipetik dari pengertian di atas adalah:
1. Kejujuran, yakni perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
2. Kecerdasan, yakni
kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan
cepat.
3. Ketangguhan, yakni
sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika
menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga
mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan.
4. Kepedulian, yakni sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam,
dan tatanan) di sekitar dirinya.
Adapun beberapa pemaparan para tokoh Nasional dan
mancanegara yang harus kita anuti dalam pembentukan karakter ini antara lain:
1.Bung
Karno pernah mengatakan, “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter
(character building) karena character building inilah yang
akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar,
maju dan jaya serta bermartabat. Kalau character building ini
tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia
akan menjadi bangsa kuli”,
demikian Soemarno Soedarsono (2009)
dalam bukunya “Karakter Mengantar
Bangsa dari Gelap Menuju Terang”.
2. Mahatma Gandhi
mengatakan hal yang sama, “Kualitas karakter adalah satu-satunya faktor penentu derajat seseorang
dan bangsa”.
3. Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan hal senada bahwa
“Pembangunan watak (characterbuilding)adalah amat penting.Kita ingin membangun manusia Indonesiayangberakhlak,berbudi pekerti,danberperilaku baik.Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yangunggul danmulia.Bangsa yangberkarakter unggul,disamping tercermin dari moral,etika danbudi pekerti yang
baik juga ditandai dengan semangat, tekat dan energi yang
kuat, dengan pikiran yang positif dan sikap yang optimis,
serta dengan rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan yang
tinggi.
Maka pendidikan
politik yang berkarakter sangatlah perlu
disadari dan diterapkan oleh tokoh-tokoh politik maupun calon anggota
DPR, Melalui kampanye, penjaringan aspirasi, maupun tingkah laku dan tutur kata
para tokoh dan calon wakil rakyat tersebut sangat membantu dalam pembentukan
politik yang berkarakter, penulis mengamati bahwa peran dan kinerja wakil
rakyat tidak mencerminkan karakter wakil rakyat yang baik karena karakter yang
baik itu adalah harus meliputi kejujuran, kecerdasan ketangguhan, keimanan, dan
kepedulian. Jika karakter ini dimili oleh wakil rakyat maupun rakyat, maka
tidak ada alasan bagi indonesia untuk tidak maju. Maka harapan penulis semoga
di moment pemilihan DPR (Dewan parrwakilan Rakyat) dan Presiden nanti mampu
melahirkan pemimpin-pemimpin yang berkarakter sehingga menjadikan Indonesia
Negara yang Adil, Makmur dan bijaksana.
Tentang Penulis.
Nama: Arif Bulan,
S.Pd
TTL: Bima, 05-08-1991
Alamat: Gili
Trawangan, KLU-NTB.
No Hp: 087 763
057 310
Rekening BRI
SYARIAH : 1012107068